SAJAK-SAJAK SEPATU TUA
W.S. RENDRA
JALAN BOGOR — JASINGA (hlm. 35-36)
JALAN BOGOR — JASINGA
Di tengah jalan menuju Jasinga
Tuhan mengucapkan selamat sore
sambil membukakan tanganNya
dan memberi pemandangan senjakala.
Bis mendaki jalan meninggi
menempuh bau pupuktanah.
Di langit perak dan tembaga
di bumi kain jemuran bidadari.
Dan mentari merendah di puncak kelapa.
Di sungai yang berbatu
hanyutlah kesangsianku.
Angin memasuki lengan baju
dan kenangan-kenangan gaib masa kanak-kanakku
dengan tandas menciumku.
Lalu padi dan ilalang mulai mengantuk.
Mereka berangkat tidur dengan warna suasa.
Di rumah-rumah berkolong orang-orang menutup jendela.
Seorang bocah duduk di tangga
merampungkan makan sorenya.
Kemudian
sementara seorang pengail pulang bergegas ke rumahnya
turunlah tanda musim hujan yang pertama.
Dan dengan ramah
Tuhan mengerdipkan sebelah mataNya.
Maka
jam tujuh lebih sampailah kami ke Jasinga.
Dan
di dalam secangkir kopi yang pertama
kuminumlah senjakala yang baru saja.
W.S. Rendra
Biografi Ringkas Sampul Belakang Buku W.S. Rendra
W.S. RENDRA
W.S. RENDRA
JALAN BOGOR — JASINGA (hlm. 35-36)
JALAN BOGOR — JASINGA
Di tengah jalan menuju Jasinga
Tuhan mengucapkan selamat sore
sambil membukakan tanganNya
dan memberi pemandangan senjakala.
Bis mendaki jalan meninggi
menempuh bau pupuktanah.
Di langit perak dan tembaga
di bumi kain jemuran bidadari.
Dan mentari merendah di puncak kelapa.
Di sungai yang berbatu
hanyutlah kesangsianku.
Angin memasuki lengan baju
dan kenangan-kenangan gaib masa kanak-kanakku
dengan tandas menciumku.
Lalu padi dan ilalang mulai mengantuk.
Mereka berangkat tidur dengan warna suasa.
Di rumah-rumah berkolong orang-orang menutup jendela.
Seorang bocah duduk di tangga
merampungkan makan sorenya.
Kemudian
sementara seorang pengail pulang bergegas ke rumahnya
turunlah tanda musim hujan yang pertama.
Dan dengan ramah
Tuhan mengerdipkan sebelah mataNya.
Maka
jam tujuh lebih sampailah kami ke Jasinga.
Dan
di dalam secangkir kopi yang pertama
kuminumlah senjakala yang baru saja.
W.S. Rendra
Biografi Ringkas Sampul Belakang Buku W.S. Rendra
W.S. RENDRA
Penyair
yang dilahirkan di Solo pada tanggal 7 November 1935 ini adalah salah
seorang penyair yang terpenting. Ayahnya seorang guru bahasa Indonesia
dan bahasa Jawa Kuno, sedangkan ibunya pernah menjadi penari keraton
Yogya. Sajak-sajaknya yang menarik perhatian mulai diumumkan dalam
majalah-majalah di Solo dan Jakarta sekitar tahun 1954. Dan sejak itu
sajak-sajaknya terus mengalir.
Berlainan dengan sajak-sajak Indonesia ketika itu yang kebanyakan berupa lirika, maka sajak-sajak Rendra kebanyakan berupa epika. Ballada Orang-orang Tercinta (1957) adalah buku kumpulan sajaknya yang pertama. Pada tahun itu juga ia mendapat Hadiah Sastra Nasional dari Badan Musyawarat Kebudayaan Nasional (BMKN) sebagai salah seorang penyair terbaik tahun-tahun 1955-1956.
Kemudian menyusul buku kumpulan sajaknya yang kedua berjudul Rendra: 4 kumpulan sadjak (1961) dan yang ketiganya berjudul Blues Untuk Bonnie (1971). Di samping menulis sajak, iapun menulis cerita pendek, dan sebuah kumpulannya telah terbit dengan judul Ia Sudah Bertualang (1963). Iapun terkenal karena drama-dramanya, khususnya karena eksperimen-eksperimen dan improvisasi-improvisasinya dalam bidang teater, selalu menarik perhatian dan ramai dibicarakan.
Berlainan dengan sajak-sajak Indonesia ketika itu yang kebanyakan berupa lirika, maka sajak-sajak Rendra kebanyakan berupa epika. Ballada Orang-orang Tercinta (1957) adalah buku kumpulan sajaknya yang pertama. Pada tahun itu juga ia mendapat Hadiah Sastra Nasional dari Badan Musyawarat Kebudayaan Nasional (BMKN) sebagai salah seorang penyair terbaik tahun-tahun 1955-1956.
Kemudian menyusul buku kumpulan sajaknya yang kedua berjudul Rendra: 4 kumpulan sadjak (1961) dan yang ketiganya berjudul Blues Untuk Bonnie (1971). Di samping menulis sajak, iapun menulis cerita pendek, dan sebuah kumpulannya telah terbit dengan judul Ia Sudah Bertualang (1963). Iapun terkenal karena drama-dramanya, khususnya karena eksperimen-eksperimen dan improvisasi-improvisasinya dalam bidang teater, selalu menarik perhatian dan ramai dibicarakan.
Sajak-sajak Sepatu Tua ini terdiri dari
dua buah kumpulan sajak, yaitu “Sajak-sajak Sepatu Tua” dan “Masmur Mawar”, yang merupakan hasil period yang paling subur dalam hidup
kepenyairan Rendra. Dengan jelas kumpulan sajak ini memberikan gambaran
gamblang tentang dunia Rendra yang di Indonesia merupakan suatu dunia
unik yang selalu menarik perhatian.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusAlus dulur
BalasHapusNuhun kang tos mampir
HapusLamun kitu WS Rendra pernah ka Jasinga
BalasHapusSiganamah kitu kang heee
BalasHapus