Dokter Andries de Wilde adalah tuan tanah pertama di daerah priangan dan seorang ahli bedah pada pasukan artileri Belanda. Kemudian diangkat menjadi Pembantu Gubernur Jendral Herman Wilem Daendels. Andries De Wilde sempat mengikat persahabatan dengan Liutenant Gouverneur Thomas Stamford Raffles (Gubernur Inggris untuk Indonesia). De Wilde diangkat sebagai Assistant to the Resident at Bandong (Residen Bandung) pada Agustus 1812 tapi jabatan itu tidak lama karena berselisih paham dengan Residen Macquoid yang lalu memecatnya. Kemudian Raffles mengangkatnya kembali sebagai pengawas penanaman kopi (Koffie OPZIENER) Yang berkedudukan di Tarogong-Garut.
Andries de Wilde juga memiliki tanah yang luas di Jasinga - Bogor dan pada 25 Januari 1813, ia membeli tanah di Sukabumi yang luasnya lima per duabelas bagian diseluruh tanah yang ada di Sukabumi seharga 58 ribu Ringgit Spanyol. tanah tersebut berbatasan dengan Lereng Gunung Gede Pangrangodi sebelah utara, Sungai Cimandiri di bagian selatan, lalu di arah barat berbatasan langsung dengan Keresidenan Jakarta dan Banten dan disebelah Timur dengan Sungai Cikupa.
Andries de Wilde mengajukan permohonan kepada Pemerintah Belanda agar diizinkan menukar tanahnya di Bogor dan Sukabumi dengan sebidang tanah di Bandung Utara. Tanah pengganti itu meliputi wilayah yang luas memanjang dari Cimahi di Barat sampai Cibeusi di timur. Sebelah utara dibatasi Gunung Tangkuban Perahu, sedangkan selatan dibatasi jalan raya pos. Berarti, setengah dari luas Kabupaten Bandung sekarang dimiliki Andries de Wilde seorang. Selain bertanam kopi, de Wilde juga beternak sapi dengan puluhan budak belian sebagai pekerja kebunnya.
Dokter Andries De Wilde menikah dengan dengan mojang Priangan dan mendirikan vila indah di "Kampung Banong", kira-kira di daerah Dago Atas. Di tanah bekas gudang kopi miliknya didirikan Gedong Papak yang sekarang kita kenal sebagai kantor Pemerintah Kota Bandung (Balai Kota).
Perjalanan hidup De Wilde ternyata tidak mulus. Masa Gubernur Jendral Van der Capellen kepemilikan tanahnya dibatalkan Pemerintah Hindia Belanda. Dalam keadaan bangkrut ia pulang ke Negeri Belanda untuk mengadu kepada Raja Willem.
+KALAKAY JASINGA+
Fans page Facebook Kalakay Jasinga 5 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar