RUPA-RUPA

JIRAT HURUF ARAB DARI BUKIT KULANTUNG

Yang Unik Dari Bukit Kulantung

ADA Apa dengan Bukit Kulantung? Jalan raya beraspal yang menghubungkan Jasinga dengan daerah Tenjo, Bogor, memang relatif sepi, termasuk yang melewati Desa Setu, Kecamatan Jasinga. Jarang yang memperhatikan kalau ruas jalan di daerah ini terdapat oleh dua buah bukit yang meski tidak terlalu besar namun tampak gagah dengan hutannya yang cukup lebat. Salah satu bukit ini bernama Kulantung yang bagi pelancong tampak sebagai bukit biasa dan "tidak ada apa-apanya," terutama bagi mereka yang belum pernah mendekatinya.

Memang, Kulantung adalah bukit biasa dengan tumbuhan khas tropis yang rapat, mulai dari semak hingga pepohonan besar. Namun, sekitar 500 meter dari jalan raya - sekali lagi, jarang yang mengetahui - terdapat warisan yang sangat berharga dan penting khususnya dalam khasanah kepurbakalaan masa Islam, yaitu kompleks makam kuna.

Saat ini kompleks makam kuna ini menjadi salah satu tempat yang dianggap keramat sehingga sering didatangi peziarah. Memang, belum diketahui sosok tokoh yang dimakamkan, termasuk asal-usul dan kronologinya. Namun demikian kondisi umum situs cukup terawat karena dijaga oleh seorang juru kunci yang bekerja secara sukarela.

Sang juru kunci menceritakan bahwa jika dikaitkan dengan peninggalan leluhur di sekitar kompleks, selain makam-makam kuna juga terdapat naskah kuna yang ditulis dengan huruf pegon dan berbahasa Jawa. Namun, ternyata isi naskah tidak berkaitan dengan keberadaan gugusan makam kuna ini karena berisi doa dalam tawasul kepada Nabi Muhammad SAW dan keturunannya seperti Fatimah dan Hasan Husen. Yang pasti adalah bahwa gugusan makam kuna - yang menurut arkeolog penting - bukanlah satu-satunya warisan leluhur yang tidak hanya harus dijaga, tetapi yang lebih penting adalah harus "dibaca" makna yang ada di dalamnya.

Yang Unik dan Yang Khas

Meski diceritakan oleh Jurukunci bahwa mulanya jumlah makam kuna yang konon bentuk dan bahannya hampir seragam ini mencapai ratusan, akan tetapi yang terlihat masih lengkap saat ini dapat dihitung dengan jari kita. Melihat kondisinya, masuk akal memang kalau jumlah sebenarnya jauh lebih banyak dibandingkan yang terlihat, terutama karena faktor lingkungan yang merusak dan menimbun gugus makam lainnya. Belum lagi usianya yang sudah mencapai ratusan tahun. Oleh karena itu banyak makam kuna yang hanya memperlihatkan nisannya saja sementara badan makamnya (jirat) sudah tertimbun. Total jika ini dihitung maka keseluruhan makam kuna yang dapat dikenali berjumlah sekitar 50 buah.

Kita tak akan terkejut jika hanya membayangkan keberadaan bentuk makam kuna di sini karena persebaran makam kuna di Indonesia memang sangat banyak dengan berbagai keunikannya. Namun jika diperhatikan secara seksama, ada sesuatu yang lain yang jarang (atau bahkan tidak) ditemukan di tempat lain. Jika di tempat lain keunikan umumnya ada pada bentuk nisannya, maka di tempat ini justru bentuk badan makamnya (jirat) yang sangat unik dan khas.

Secara umum bentuk jirat pada sebagian besar makam adalah sederhana dan dapat dikatakan seragam, yaitu berupa balok batu (tinggi sekitar 10 cm dari muka tanah) yang disusun empat persegi panjang membujur dengan orientasi hampir utara-selatan. Ciri khas dan yang unik adalah adanya lempeng batu dalam posisi horisontal di bagian kaki (selatan). Sedangkan di bagian kepala (utara) berdiri nisan dari batu dalam ukuran yang cukup besar. Sekilas lempeng batu ini tampak seperti nisan yang rebah, dan justru ini adalah salah satu keunikan yang khas.

Masing-masing jirat juga memperlihatkan beberapa hal yang berbeda, terutama dalam hal bentuk lempeng batu tersebut, yang paling tidak memperlihatkan 4 bentuk. Keempat bentuk lempeng batu ini adalah: 1) membulat (setengah lingkaran), 2) segitiga, 3) sisi bergelombang, dan 4) bentuk sisi mematah.

Selain itu, hal lain yang berbeda pada masing-masing jirat juga terletak pada aspek dekoratif. Umumnya, makam kuna di situs ini dipenuhi oleh hiasan yang dibuat dengan teknik ukir pada seluruh bagiannya, kecuali pada beberapa jirat. Namun pada lempengan batu unsur dekoratif selalu hadir, meskipun bentuk hiasannya berbeda-beda. Demikian pula dengan balok batu yang membentuk jirat, jenis hiasan yang diukirkan juga menunjukkan berbagai variasi. Hiasan yang ada pada jirat meliputi geometris dan suluran yang diukirkan cenderung memenuhi bidang yang ada. Cukup menakjubkan memang: bidang yang relatif sempit tidak menghalangi kreatifitas dan ungkapan seni, yang - sekali lagi - unik dan menjadi ciri khas situs Kulantung.

Nisan-nisan yang ada juga memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri, meski terdiri atas dua bentuk dasar, yaitu segi 8 dan pipih. Gambaran variasi bentuk nisan di situs Kulantung adalah sebagai berikut:

Bentuk dasar segi 8 terdiri atas:

- Tipe gada 1: kaki berpelipit, badan melebar ke atas; tanpa pundak; bagian kepala membulat; mahkota juga membulat
- Tipe gada 2: kaki berpelipit; badan melebar ke atas; pundak berprofil lurus; bagian kepala bersegi 8; dan mahkota bertingkat
- Tipe gada 3: kaki berpelipit, badan melebar ke atas; profil pundak melengkung; bagian kepala bersegi 8; dan mahkota bertingkat.
> Bentuk dasar pipih terdiri atas:
- Tipe kipas 1: profil kaki lurus; badan melebar ke atas; tanpa pundak; bagian kepala meruncing bergelombang, tanpa mahkota
- Tipe kipas 2: profil kaki lurus, badan melebar ke atas; tanpa pundak; bagian kepala sisi bergelombang; tanpa mahkota.

Tak Perlu Takut

Makam (kuna) merupakan salah satu indikasi adanya permukiman (kuna) dengan aspek kehidupan yang cukup kompleks. Selain itu, makam kuna juga mengandung berbagai data yang penting untuk menggambarkan masyarakat pendukungnya dimasa lalu. Kandungan data pada makam kuna antara lain meliputi aspek teknologi dan aspek seni. Aspek teknologi paling tidak mencakup pemilihan bahan, cara pengerjaan, pemilihan bentuk dan sebagainya. Aspek seni yang ditunjukkan oleh bentuk dan unsur dekoratif antara lain mencakup jenis dan ragam hias, penempatan, dan makna yang ada di dalamnya.

Pendek kata, jika makam kuna dilihat sebagai sebuah warisan yang tidak hanya harus dilestarikan tetapi juga harus dicari maknanya, maka tidak ada alasan untuk merasa takut pada sosoknya. Banyak aspek yang bisa membawa kita kepada pemahaman makna yang ada pada wujud makam kuna sebagai sebuah warisan. 

Memahami makna untuk belajar mengerti jati diri dan apa yang terjadi di sekeliling kita. Tidak berlebihan sebenarnya jika memang memiliki niat dan mau sedikit mengotak-atik "huruf-huruf" yang ada pada makam kuna agar terbaca dengan lebih jelas. Satu hal lagi: kompleks makam kuna jangan diartikan sebagai pekuburan tempat hantu bergentayangan! 



(Sugeng Riyanto)(Pusat Penelitian Arkeologi/Proyek Pengembangan Media Kebudayaan 2003)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar