RUPA-RUPA

CERITA RAKYAT JASINGA VERSI 2

Dahulu Jasinga adalah sebuah negeri kecil yang ada di tatar sunda. Pada suatu masa diundang untuk mengikuti sayembara tahunan lomba ngadu munding (adu kerbau) dari sebuah kerajaan di negeri Palembang. 

Konon kerbau Palembang tak pernah terkalahkan di setiap lomba adu kerbau karena tegap kokoh dan kuatnya kerbau Palembang tersebut. Dalam lomba itu dipertaruhkan sebidang tanah di negeri Palembang sebagai hadiah pemenang lomba tersebut.

Karena mendapat undangan adalah suatu kehormatan bagi sebuah kerajaan , maka diutuslah tiga orang bersaudara putra Jasinga yaitu Jayalaksana, Jayaseta dan Jayawangsa. 

Dari ketiga bersaudara itu Jayalaksana sebagai saudara tertua mempunyai kemampuan kedigjayaan atau ilmu kanuragan yang tinggi, Jayaseta sebagai saudara kedua mempunyai kepandaian berdiplomatis serta mempunyai pesona ketampanan dan tubuh yang ideal. Jayawangsa sebagai saudara bungsu tidak mempunyai kemampuan yang begitu tinggi.

Setelah mendapat restu dari penguasa Jasinga maka berangkatlah ketiga bersaudara tersebut menuju negeri Palembang untuk bertanding. Mereka pergi tidak membawa bekal apapun hanya restu yang mereka bawa. Mereka melewati hutan dan menyebrang lautan dengan berjalan kaki. 

Setibanya di gapura perbatasan negeri Palembang, ketiga putra Jasinga itu pun berhenti untuk mengatur rencana perlombaan. Jayalaksana sebagai kakak tertua membagi tugas kepada kedua adiknya. 

Jayalaksana berperan sebagai penggembala kerbau, Jayaseta sebagai duta kerajaan dan Jayawangsa diubah wujudnya menjadi seekor kerbau yang bertanduk tiga mirip trisula.

Konon perlombaan itu diikuti oleh berbagai kerajaan dari pelosok negeri setiap tahunnya. Dari setiap perlombaan yang diadakan tak ada satu pun yang mampu mengalahkan kerbau Palembang. Raja Palembang memulai acaranya dan peserta dari kerajaan berbagai negeri dipersilahkan untuk mempersiapkan kerbaunya masing-masing. 

Acara pun dimulai dan kerbau dari masing-masing kerajaan tak mampu mengalahkan kerbau tuan rumah, yang ternyata kerbau dari kerajaan Palembang berukuran seperti gajah. 

Hingga pada saatnya giliran terakhir tertuju pada kerbau dari negeri Jasinga. Sangat jelas perbedaan ukuran antara kerbau negeri Jasinga dan Palembang tetapi hal itu tidak mengurungkan niat putra Jasinga untuk mempertarungkan kerbaunya.



Pertarungan kerbau Jasinga dan Palembang dimulai dan kerbau Palembang yang berukuran besar berusaha untuk menanduk. Setiap kali diserang, kerbau Jasinga selalu menghindar dan hingga pada suatu kesempatan kerbau Jasinga menyelinap ke bawah kerbau Palembang dan menanduk alat vital kerbau Palembang. 

Tandukan itu langsung merobek bagian bawah perut dan seketika itu kerbau Palembang roboh. Kerbau Jasinga berhasil memenangkan perlombaan dan raja Palembang memberikan hadiah sebidang tanah di wilayah negeri Palembang.

Setelah sebidang tanah dimiliki oleh ketiga putra Jasinga, mereka pun pulang kembali ke Jasinga. Setibanya di Jasinga ketiga bersaudara itu menempati daerah yang ada di Jasinga. 

Jayalaksana menetap di daerah Sipak, Jayaseta menetap di Jasinga dan Jayawangsa menetap di Ngasuh. Ketiganya menetap dan berkeluarga hingga akhir hayatnya. Jayawangsa terkenal dengan sebutan Mundinglaya yang berari kerbau yang telah mati.


Dari kisah cerita ini lahir beberapa mitos :

• Orang Jasinga bila berusaha dan berikhtiar di Palembang akan menjadi sukses, namun tidak terasa manfaatnya jika hartanya dibawa kembali ke Jasinga.

• Orang Jasinga tidak boleh menikah dengan orang Sipak (Jika ia perempuan), karena ia saudara tua. Terkecuali pihak perempuan dari Jasinga dan laki-laki dari Sipak.

• Makam Mundinglaya dijadikan tempat ziarah bagi pemilik kerbau aduan agar kuat dan menang dalam perlombaan. 




Jasinga, September 2006
KALAKAY JASINGA 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar