RUPA-RUPA

IKAN DARI CIDURIAN

IKAN REGIS DARI CIDURIAN



Sudah beberapa hari ini tidak turun hujan. Sepertinya saat ini adalah musim kemarau, walau pun sistem musim sekarang tidak seteratur musim di tahun 90-an. Dua musim pada saat itu, dimulai dari Bulan Maret sampai Agustus adalah musim kemarau. Bulan Maret yang diakhiri dengan huruf "t", masyarakat dulu menganalogikannya dengan "raat" atau "saat" (sama-sama berakhiran huruf t) yang dalam bahasa indonesia berarti reda atau berhenti hujan. Mulai dari September sampai Agustus adalah musim hujan. Bulan September dengan akhiran "ber" kalau masyarakat dulu menganalogikan dengan pertanda hujan yang dalam bahasa Indonesia "ber" berarti turun hujan.

Datangnya musim kemarau, sudah menjadi kebiasaan masyarakat Jasinga untuk mencari ikan, terutama ikan regis atau genggehek (Mystacholeucus Marginatus). Walau pun bukan hanya musim kemarau saja, akan tetapi ikan regis ini lebih mudah didapat pada saat musim kemarau karena mereka hidup di aliran sungai yang dangkal. Ikan ini akan mudah terlihat karena kilauan sisiknya yang terkena sinar matahari. 

Ikan regis adalah sejenis ikan air tawar yang terdapat banyak sekali di Cidurian dan sungai-sungai lainnya di Jawa Barat. Ukuran ikan ini yang paling besar menurut pengalaman masyarakat adalah sebesar 3 ramo (jari) orang dewasa. Di Cidurian masyarakat mendapatkan ikan ini dengan cara nguseup (memancing) dan ngaheurap (menjala). Ikan ini adalah ikan yang umum didapat oleh masyarakat dan juga menjadi ikan yang digemari karena rasanya yang enak.

Untuk mengolah ikan regis masyarakat Jasinga biasanya di goreng garing, di pais atau bisa juga di cobek. Konon katanya ikan regis ini sangat berkhasiat sekali bagi ibu-ibu yang sedang menyusui agar produksi ASI meningkat. Namun, alangkah disayangkan saat ini untuk mendapatkan ikan regis tidak sebanyak dahulu kala. Kualitas air yang banyak sampah dan debit air yang semakin menurun sangatlah mempengaruhi keberlangsungan habitat ikan ini. Dan yang paling disayangkan adalah adanya sebagian warga menggunakan obat-obatan yang berbahaya bagi lingkungan untuk mendapatkan hasil yang instan. Seperti contoh di sangkaling, di kocok, di bilet dan lain sebagainya menurut bahasa setempat. 

KALAKAY JASINGA
Foto ilustrasi oleh Ayus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar