RUPA-RUPA

KAMUS SUNDA JONATHAN RIGG DI AMERIKA

KAMUS BAHASA SUNDA 1862



Kamus bahasa sunda yang berjudul "A Dictionary Of The Sunda Language Of Java" ini disusun oleh seorang kebangsaan Inggris yang bernama Jonathan Rigg di Jasinga, pada tanggal 5 Agustus 1862 berbahasa Inggris. Kamus ini memiliki 537 halaman dengan panjang 20,2 cm dan lebar 12,4 cm merupakan bahasa asli Sunda Banten. Tertulis di halaman muka bahwa beliau adalah seorang anggota The Batavian Society Of Art and Science

Pada saat diterimanya kamus ini, tertulis dibelakang buku bahwa kamus ini sudah menjadi bagian dari kekayaan budaya yang penting di Musium Scholars Amerika. Buku yang kami terima merupakan  kopian dari naskah aslinya yang tersimpan. Ada dua macam cetakan yaitu soft copy dan hard copy. Cetakan soft copy bergambar disebuah dermaga zaman dahulu kala, sedangkan yang ada ditangan kami adalah hard copy yang tidak bergambar. Di halaman muka sepertinya tertuliskan tanggal pembelian kamus tersebut 2 Februari 1928. Nama yang tertulis tidak begitu jelas. Di halaman muka juga terdapat cetakan kecil bertuliskan bahasa belanda.

Salah satu contoh kata bahasa sunda yang terdapat dikamus ini adalah nista; yang merupakan tanda peringatan. Biasanya kata nista ini diikuti oleh kata lain yaitu maja dan utama. Tiga kata tahapan peringatan, yaitu nista sebagai peringatan pertama maja sebagai peringatan kedua dan utama sebagai peringatan terakhir. Kata-kata tersebut pada tahun 90-an masih sering digunakan oleh pemuda-pemudi Jasinga sebagai kata-kata tren dalam pergaulan. Biasanya juga kata-kata tersebut dibarengi oleh guyonan atau sebagai bumbu candaan. Sebagai contoh sebagai peringatan kepada salah satu teman yang tidak mau mengembalikan buku miliknya " Kadieukeun buku kami, mun henteu dibalikeun rek ditampiling! " lalu orang tersebut akan menghitung dengan nista, maja, dan yang terakhir utama. Maka jika teman tersebut tidak mengembalikan bukunya, sebagai akibatnya dia akan menamparnya.

Ada beberapa kata-kata yang menunjukkan nama sebuah tempat di Jasinga dan sekitarnya. Mandala Giri adalah sebuah nama gunung di Jasinga yang biasa disebut Gunung Gede Jasinga yang mana saat ini kemungkinan besar adalah Gunung Pangradin. Jaga Baya adalah nama sebuah kampung di Parung Panjang. Situ Hyang adalah nama sebuah danau kecil yang berada di Bolang. Dan nama-nama lain yang cukup menarik untuk dikaji.

Yang menarik di dalam kamus ini juga menyebutkan berbagai jenis padi pada masa itu. Terdapat 150 padi humah dan 45 jenis padi sawah yang tersebar di jasinga dan sekitarnya hingga menghabiskan 5 halaman kamus ini. Jumlah padi humah lebih banyak dibandingkan dengan jenis padi sawah. Nama-nama padi sawah terdapat itu diantaranya adalah angsana baheula, angsana leutik, banteng, beureum gede, chere bogor, chere pichung, chokrom, gajah menur, gimbal, grogol, kemuning, ketan bebek, madura, mataram, sisit naga, dan lainnya. Nama-nama padi humah diantaranya adalah ambon, badigal, batu, beunteur, beureum kapundung, beureum randa, beureum sereh, buntut ajag, chandana, chere malati, chokrom, gajah pulen, hapit, kadaka, jampang, ketan asmara, ketan ruyung, lilitan, menteng, molog, sabagi, salak gading, wahangan, wasiyat, dan lainnya.

Isi dari sampul belakang : "This work has been selected by scholars as being culturally important, and is part of the knowledge base of civilization as we know it. This work was reproduced from the original artifact, ... ". 

Pembeli kamus tersebut sepertinya pemerhati bahasa sunda, karena terdapat coretan-coretan untuk mengoreksi atau pun menambahkan isi kamus, contohnya bala menjadi balad, be'ng b'eng menjadi be'be'ng, be'wuk menjadi buwe'k, ge'golak menjadi ngagolak, harrarangge menjadi sirarangge, pupu menjadi mupu, kunchianak menjadi kuntilanak masing menjadi masing-masing dan sebagainya.

Dalam penyusunan kamus bahasa sunda ini Jonathan Rigg menyebutkan di akhir prakata bahwa beliau dibantu oleh Demang Jasinga, Raden Nata Wireja. Disebutkan juga bahwa beliau sering mendengarkan tukang pantun yang bernama Ki Gembang.

AN - Kalakay Jasinga













KOLABURASI GAMELAN TOPENG DAN KARINDING KALAKAY JASINGA

Kenduri Cinta yang bertemakan Neither Nor yang bisa diartikan tidak memihak ditengah keberlangsungan pro atau kontra, ketidak memaksakan antara memilih A atau B dan untuk memposisikan diri mampu melihat kejernihan dari setiap pilihan yang mengakibatkan adanya resiko untuk menjadi tidak terkenal atau malah dianggap tidak tau apa-apa. Begitulah kira-kira artian bebas yang ditangkap dari acara tersebut. Pada awal mula acara hadirin sekalian dipersilahkan untuk membacakan fatehah untuk para korban penembakan brutal di Selandia Baru.

Diselenggarakan di Taman Ismail Marzuki pada hari Jumat, 15 Maret 2019 yang diadakan sebulan sekali. Acara tersebut dimeriahkan oleh Maestro Tari Topeng Losari Cirebon, Rampak Tari Topeng Kelana, Kolaburasi Gamelan Topeng & Karinding Kalakay Jasinga, Seniman Jalanan dan Emha Ainun Najib (Cak Nun). Untuk pertama kalinya kami berkolaburasi dengan Gamelan Topeng di Panggung Kenduri Cinta Ini.

Dihari itu rombongan Karinding Kalakay Jasinga berangkat dari jasinga Pukul 09.00 WIB. Karinding kami bawa lengkap dan membawa beberapa gabah padi untuk sedikit menghiasi panggung. Dari Jasinga naik bis menuju Stasiun KRL Tenjo, di Jakarta kami turun di Cikini setelah transit di Manggarai. Setiba di Taman Ismail Marzuki hujan pun tiba namun tidak lama.