RUPA-RUPA

SEKILAS RIWAYAT MARIBAYA JASINGA DAN PANGERAN SURYAKANCANA

STORY OF MARIBAYA JASINGA AND THE PRINCE OF SURYAKANCANA

Maribaya adalah sebuah hutan yang dihuni oleh komplotan perampok yang dipimpin oleh Sembaga dan bermukim di sebuah kobong. 

Maribaya is a forest inhabited by robbers who led by Sembaga and live in a kobong.

Mereka selalu merampok dan menjagal siapa saja yang melintasi daerah tersebut bahkan barang-barang yang dibawa oleh pasukan Banten dan Suryakancana dari Bogor sekalipun.

They always robbed and slaughtered anyone who crossed the area, even goods carried by Banten and Suryakancana troops from Bogor.

Hutan tersebut sangat berbahaya untuk dilewati bagi pasukan Banten maupun Suryakancana, hingga mereka menyebutnya dengan nama hutan Marabahaya, Marabaya atau Maribaya yang berarti di sini tempat berbahaya.

The forest is very dangerous to be passed for Banten and Suryakancana troops, so they call it by the name of the forest Marabahaya (dangerous), or Marabaya or Maribaya which means here a dangerous place.

Pada suatu ketika kedua pasukan tersebut menuju hutan Maribaya dari arah tempat asal masing-masing dan keduanya dipertemukan oleh dalem Cipayaeun. Daerah tempat kedua pasukan itu bertemu dinamakan Samprok (bahasa Sunda = paamprok). 


At one day the two troops headed for the Maribaya forest from the direction of the respective origins and both were met by the Dalem Cipayaeun. The area were the two troops met was called Samprok (Sundanese = paamprok).

Kemudian semuanya berunding tak jauh dari Samprok dan tempat mereka berunding dinamakan Sampiran. Melihat ada sekumpulan beberapa pasukan, Sembaga pun mendekati dan bermaksud merampas barang-barang apa saja yang dibawa kedua pasukan itu. 

Then everyone negotiates not far from Samprok and the place they negotiate called Sampiran. Seeing that there was a group of several troops Sembaga approach and intended to seize whatever items the two troops carried. 

Ketika hendak merampas, Pangeran Suryakancana yang memimpin pasukan dari Bogor itu langsung melawan dan membacok akan tetapi tidak mempan, perkelahian pun semakin seru. 

When Sembaga was about to seize, prince Suryakancana, who led the troops from Bogor, immediately fought and hacked, but did not work, then the fight was even more exciting. 

Berita perkelahian antara komplotan Sembaga dengan pasukan Banten dan Suryakancana itu pun terdengar oleh Wirasinga yang ada di Jasinga dan mengundangnya segera pergi ke Maribaya untuk membantu pasukan Banten dan Suryakancana. 


News of the fight between Sembaga with Banten and Suryakancana troops was heard by Wirasinga in Jasinga and invited him to immediately go to Maribaya to help the Banten and Suryakencana troops. 



Atas restu sesepuh Janglapa, Ibu Ratu memerintahkan Wirasinga untuk menghabisi Sembaga. Ketika Pangeran Suryakancana hendak membacok Sembaga, seketika itu Wirasinga menghalanginya.

On the blessing of Janglapa elders, the queen mother ordered Wirasinga to finish off Sembaga. When the prince of Suryakancana was about to hack Sembaga Wirasinga immediately blocked him.

Wirasinga menghalangi dan berkata, “ Biarlah kakang Suryakancana, biar aku yang akan menghabisinya “. “ Silakan Wirasinga “, jawab Pangeran Suryakancana. Seketika itu pula Sembaga tewas ditusuk oleh Wirasinga dengan keris miliknya. Kepala Sembaga putus ditebas hingga terpental ke arah Janglapa dan badannya berada di Samprok atau Janglapa Cinengah. Sejak Sembaga tewas, daerah pertempuran itu masih dinamakan maribaya.

Wirasinga interfered and said, "Let brother Suryakencana, let me finish him". "Please Wirasinga", answered prince Suryakancana. Instantly Sembaga died stabbed by Wirasinga with his keris. Sembaga's head was cut down until it bounced toward Janglapa and his body was in Samprok or Janglapa Cinengah. Since Sembaga died the area of battle was still called the Maribaya.

Maribaya yang diceritakan bukan perkampungan yang saat ini dihuni penduduk, tetapi dahulu berada di sisi sungai Cidurian yang bernama Leuwi Jasar.

Maribaya is not a settlement that is currently inhabited by the residents, but it used to be on the side of the Cidurian river named Leuwi Jasar.

Wirasinga mengajak Pangeran Suryakancana dan Banten untuk singgah ke Jasinga sekaligus merayakan atas kemenangan pertempuran di Maribaya. Dalam perjalanan menuju Jasinga banyak penduduk yang melihat iring-iringan pasukan tersebut dan tampak seekor singa memimpin di depan yang sebenarnya ia adalah Dalem Wirasinga.

Wirasinga invited prince Suryakancana and Banten to stop at Jasinga while celebrating the victory of the battle in Maribaya. on the ways to Jasinga many residents saw the convoy of troops and a lion was seen leading in front of what he actually was Dalem Jasinga.


Cariosan Riwayat Maribaya

KALAKAY JASINGA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar