RUPA-RUPA

SEKILAS TENTANG EMBAH MUHIDIN PARUNG SAPI JASINGA





Embah Muhidin atau Syeikh Kamil Muhyidin adalah seorang ulama pada akhir abad – 19.  Menurut penuturan dari beberapa keturunannya yang masih mengelola pondok pesantren, Embah Muhidin berasal dari “Banten”. Diceritakan pula bahwa Ki Abidin seseorang yang berasal dari sebuah kampung di sebelah timur Jasinga merantau ke Banten dan bertemu dengan beliau di sana.

Embah Muhidin or Syeikh Kamil Muhyiddin was a scholar at the end of the 19th century. According to the accounts of some of his descendants who still manage the boarding school, Mbah Muhidin came from Banten. It is also told that Ki Abidin, a person from a village to the east of Jasinga, migrated to Banten and met him (Embah Muhidin) there.

Embah Muhidin pada waktu itu tinggal di Banten dan sempat belajar ilmu Agama dari ulama terkemuka Syeikh Nawawi Al Bantani (sewaktu beliau di Mekkah). Setelah sekian lama bersama Embah Muhidin, kemudian Ki Abidin menikah dengan Maimunah,  kakak tertua Embah Muhidin.

At that time, Embah Muhidin lived in Banten and had studied religion from the leading scholar, Syeikh Nawawi Al Bantani when he was in Mecca. After a long time Ki Abidin with Embah Muhidin, then Ki Abidin married Maimunah, Embah Muhidin elder's sister.

Selanjutnya Ki Abidin mengajak beliau ke daerah Jasinga dalam upaya dakwah dan syiar Islam. Ki Abidin berharap agar masyarakat Jasinga dapat mengkaji agama Islam. Beliau tidak menolak ajakan itu, dan pindah ke Jasinga bersama sanak keluarganya. Setibanya di Jasinga, Embah Muhidin dan kerabatnya diberi sebidang tanah oleh Ki Abidin untuk dijadikan pondok pesantren. Lalu beliau pun mendirikan sebuah pondok pesantren di tanah tersebut.

Next Ki Abidin invited him to the Jasinga area in an effort preach and syiar islam. Ki Abidin hope that people of Jasinga can study Islam. He did not refused the invitation, and moved to Jasinga with  his relatives. Upon arrival in Jasinga, Embah Muhidin and his relatives were given a plot of land by Ki Abidin to be used as a boarding school. Then he also founded a boarding school on the land.

Dengan berbekal ilmu Tauhid, fikih, tafsir dan tasawuf yang beliau kuasai, beliau mengajarkan kepada santrinya ilmu – ilmu keagamaan. Setelah berkembang, banyak rumah – rumah yang dibangun disekitar pesantren dan kemudian menjadi sebuah kampung yang sampai sekarang bernama kampung Parung Sapi. Pada waktu itu penduduk Parung Sapi hidup mengikuti tradisi – tradisi pesantren dan mungkin karena itu pula lah daerah tersebut dinamakan Parung Sapi Kaum.

Armed with those knowledge tauhid, fiqih, tafsir, and sufism that he mastered he tought his students the religious sciences. After developing, many houses were built around the pesantren and later became a kampong which untill now is called a Kampong Parung Sapi. At that time the people of Parung Sapi lived according to the tradition of the pesantren and perhap that's why the area was also called Parung Sapi Kaum.

Embah Muhidin menjadi tempat rujukan masyarakat Jasinga dan sekitarnya yang ingin belajar dan mendalami islam. Mereka datang secara rutin untuk mendapatkan wejangan atau nasehat – nasehat agama untuk dijadikan pedoman hidup. Setelah Embah Muhidin wafat pada tahun 1933, pengelolaan pesantren dilanjutkan oleh putranya KH. Abdul Muhyi. Di ceritakan KH. Abdul Muhyi adalah salah seorang putra Embah Muhidin yang pernah belajar di Sukabumi dan sempat pula menjadi Wedana Jasinga pada tahun 1945.

Embah Muhidin is a place of reference for the people of Jasinga and it's surroundings who want to study and deepen Islam. They come regularly and to get religious advise or advise to be used as a guide for life. After Embah Muhidin died in 1933, the management of the pesantren was continued by his son KH. Abdul Muhyi. It is said that KH. Abdul Muhyi was one of the sons of Embah Muhidin who had studied in Sukabumi and also became Wedana Jasinga in 1945.


KOMPLEK PEMAKAMAN 
FUNERAL AREA

Komplek pemakaman  Embah Muhidin terletak di kampung Parung Sapi Desa Kalong Sawah Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor. Dalam komplek makam Embah Muhidin terdapat beberapa makam kelurganya, diantaranya makam Hj. Ratna {istri beliau}, Hj.Permas {Putri beliau}, dan makam KH Abdul Muhyi.

The Embah Muhidin funeral area is located in the kampong of Parung Sapi, Kalong Sawah village, Jasinga district, Bogor regency. In the tomb complex of Embah Muhidin, there are several graves of his family, including the tomb of Hj. Ratna {wife}, Hj. Permas {doughter}, and the grave of KH. Abdul Muhyi.

Sedangkan diluar komplek terdapat beberapa makam diantaranya makam Embah Ubang yang tiada lain adalah ayah dari Embah Muhidin dan istrinya, makam Maemunah {kakak perempuan beliau} dan makam Ki Abidin {kakak Ipar beliau}. Setiap malam jum’at para peziarah datang dari berbagai pelosok Jasinga bahkan dari luar Jasinga untuk menziarahi makam beliau. Adapun kakak kandung Embah Muhidin yang bernama Sulaeman dimakamkan di kampung Tipar Desa Argapura Kecamatan Cigudeg.

Meanwhile, outside the complex there are several graves including the tomb of Embah Ubang, the father of Embah Muhidin and his wife, the tomb of Maemunah {his elder sister} and the tomb of Ki Abidin {his brother in law}. Every friday night pilgrims come from all over Jasinga and even from outside Jasinga to visit his grave. Embah Muhidin's older brother named Sulaeman was buried in kampong Tipar, Argapura village, Cigudeg district.


SILSILAH EMBAH MUHIDIN

THE LINIAGE OF EMBAH MUHIDIN

Embah Muhidin adalah keturunan ulama – ulama Banten. Beliau adalah putra Embah Ubang putra dari Nyimas Uji (yang diperistri oleh Tumenggung Purba dari Sumedang), sedangkan Nyimas Uji adalah putri syeikh Zaenul Asyikin putra dari Syeikh Syifa Zaenul Arifin, putra Syeikh Zaenul Abidin, Putra Sultan Haji Mansur. Sampai pada Sultan Haji Mansur silsilah yang di ketahui keturunannya.

Embah Muhidin is a descendant of ulama-ulama Banten. He is the son of Embah Ubang, the son of Nyimas Uji (who was married to Tumenggung Purba from Sumedang), while Nyimas Uji is the doughter of Syeikh Zaenul Asyikin, the son of Syeikh Syifa Zaenul Arifin, son of Syeikh Zaenul Abidin, son of Sultan Haji Mansur. Until Sultan Haji Mansur, the liniage of his descendants is known.

Jika ditelusuri silsilah tersebut merupakan garis keturunan sultan Banten, hanya saja oleh keturunannya diberi gelar Syeikh. Dari referensi lain garis keturunan Embah Muhidin itu bila di telusuri sampai pada Raja Padjadjaran Sri Baduga Maharaja Siliwangi dari putrinya Rara Santang bukan dari keturunan Pangeran Walangsungsang.

If traced this liniage is the liniage of the sultan of Banten, it's just that the descendants were given the title Syeikh. From other references, the liniage of Embah Muhidin can be traced back to King Padjadjaran Sri Baduga Maharaja Siliwangi from his doughter Rara Santang, not from the descendants Prince Walangsungsang.

Bila diruntut hierarki keturunannya bisa digambarkan sebagai berikut :

Sequenced a hierarchy of descendants can be described as follows : 

SILSILAH EMBAH MUHIDIN SAMPAI SRI BADUGA MAHARAJA SILIWANGI




 
SriBaduga Maharaja Siliwangi 

Rara Santang / Syarifah Mudaim


Sunan Gunung Jati / Syarif Hidayatullah
Sultan Maulana Hasanuddin

Sultan Maulana Yusuf


Sultan Maulana Muhammad

Sultan Abdul Mufakir Abdul Kadir Kenari

Sultan Abdul Ma'ali Muhammad


Sultan Ageng Tirtayasa

Sultan Haji Mansur / Abu Nasr Abdul Kahar

Sultan Muhammad Zaenal Abidin

Sultan Muhammad Sifa Zaenul

Sultan Muhammad Arif Zaenul Asyiqin

Nyi Mas Uji

Mbah Ubang

Syeikh Muhidin
 
 

 



















































19 komentar:

  1. Assalamualaikaum, ceritanya sangat bagus. saya salah satu keturunan Mbah Muhidin, bisakah kita bersilaturahmi....

    BalasHapus
  2. saya generasi ke 5 dari dari mbah muhidin, melalui jalur mbah permas

    BalasHapus
  3. artikel yang sangat menarik... apakah ada data keturunan Embah Muhidin ke bawah, misalnya sampai cucu atau cicit nya? terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbah Muhidin
      Mbah Muhyi
      Hj. Mubah / Ubeh
      H.Moch Noor
      Ade Setiawan ( Saya )

      Hapus
    2. Mohon informasi anaknya Mbah Muhidin siapa saja? haturnuhun

      Hapus
    3. Cucu beliau ust. Hakiem bawazier yang dulu ada diprogram dua dunia

      Hapus
  4. punten akang sataacanna

    bisa minta tolong cari info ki saleh bin ki mangen garisul ga

    BalasHapus
  5. Mau tanya pernah mendengar gk mbah muhidin pernah punya hubungan keturunan dengan tubagus sariban yang di sindang barang jero

    BalasHapus
  6. Mbah ubang-mbah muhidin-mbah permas-h.abdul hadi-hj.mujenah-irfan asrori ada d pandeglang...hayu urang pd silaturrahmi..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Muhammad arief bin bachrudin bin abdulhadi bin safii

      Hapus
  7. Kang aya hubungan teu mbah abdl muhyi ka mama guru H.mas sukanta bin mbah haji mardjuk anu di lio jasinga

    BalasHapus
  8. Assalamualaikum ka dulur" sadayana Mugi urang sadayana katurunan syech Muhidin parung sapi jasinga bogor tiasa kempel Dina hiji pertemuan supados tiasa Saling tepang Jeung dulur sa karuhun,ILLA HADAROTI SOHIBIL KAROMAH SOHIBUL MUBAROKAH SYECH MUHIDIN PARUNG SAPI JASINGA BOGOR...AL-FATIHAH..Wawan Dramaga Bogor ( 085776992485 )

    BalasHapus
  9. Keturunan Prabu Siliwangi? Aya data pendukung?
    Sim kuring resep macaan buku sejarah,salami ieu nu diaos téh sadayana buku fiksi sejarah, mudah mudahan kapayuna mah aya buku nu tiasa diguar,anu aya pakuat pakaitna sareng leluhur urang...

    Nepangkeun entus kurniawan putrana umi hj mumung binti H Abdul Hadi bin mbah Permas (mbah Syafii) binti Mbah Muhidin bin mbah Ubang (rakana irfan, dulur misana arif bin bahrudin nu komen samemeh abdi) ti Lebak Wangi Cigudeg

    BalasHapus
  10. Assalamualaikum....mohon bantu infonya apakah Syaekh Muhiddin punya anak perempuan yg menikah dengan Tubagus Muhali bin Tubagus Samaun yg Makamnya di lawang Taji. Haturnuhun

    BalasHapus
  11. saya cucu dari Hj. Muksinah, Hj. Muksinah anak dari KH. Abdul Muhyi, jadi kalo di tarik garis : embah Muhidin - KH. Abdul Muhyi - Hj. Muksinah - Hj. Titi - Saya, Hj. muksinah di makamkan di ds. Muncang Jasinga sebelah makam Alm. Kakek H. Surawijaya. setahun sekali biasanya keluarga besar ziarah ke makam embah muhidin di parungsapi jasinga, biasanya oleh kuncennya yg juga masih seduluran dibukakan pintu gerbang masuk duduk persis disebelah makam embah muhidin, ibu saya 5 bersaudara salah satu adik dari ibu saya di beri nama Endang muhidin pengelola ponpes di rumpin, mungkin ternyata kita saduluran.

    BalasHapus