RUPA-RUPA

PEMBERONTAKAN RAKYAT BANTEN DAN PUSARA MAS JABENG JASINGA

Pernah dengar bahwa daerah Jasinga, Lebak, Rangkas, Sajira  dan sekitarnya adalah daerah sarangnya "Pemberontak". Cerita-cerita tersebut bukanlah datang begitu saja, dan tentunya kata "Pemberontak" ini berasal dari mulut-mulut kompeni penjajah yaitu Belanda dan pendukung-pendukungnya pada masa itu.

Pada tahun 1811 Mas Jakaria melakukan perlawanan terhadap Belanda dan berhasil menguasai hampir seluruh kota Pandeglang. Mas Jakaria berhasil ditangkap dan dipenjarakan oleh Belanda setelah pertempuran sengit. Akan tetapi pada tahun 1827 ia berhasil melarikan diri dan menghimpun kekuatan kembali.

Sanak keturunan Mas Jakaria ini muncul menjadi pemimpin-pemimpin pada masa berikutnya putra Mas Jakaria yaitu Mas Anom, Mas Serdang, Mas Andong dan Mas Jabeng. Mas Serdang, beberapa diantaranya dimakamkan di daerah Serdang (Curug Tangerang), Mas Andong (Garisul Jasinga) dan Mas Jabeng (Panggilingan Jasinga).


Mas Jabeng melakukan perlawanan pada tahun 1839 bersama-sama Ratu Bagus Ali dan Pangeran Kadli. Bupati Serang ikut menggagalkan perlawanan itu. 

Namun sebelumnya pada Tahun 1836 muncul perlawanan yang dipimpin oleh seorang wanita yang bernama Nyi Mas Gamparo (Nyimas Gamparan) di daerah Balaraja akan tetapi perlawanan Nyimas Gamparan dapat digagalkan oleh Demang Jasinga yaitu Tumenggung Raden Kartana Nagara karena politik Belanda devide et empera dengan iming-iming Demang Kartana Nagara akan di jadikan Bupati Lebak. 

Atas Jasanya ini Maka Demang Jasinga Raden Kartanata Nagara diangkat menjadi Bupati Lebak Ke-2 menjabat dari tahun 1830-1865 menggantikan Pangeran Senjaya.

Berikutnya terjadi perlawanan pada tahun 1845 di Cikandi udik yang dipimpin sanak saudara Mas Jakaria yaitu Mas Agus, Mas Mayi, Nuraipa, Mas Cingak, Bapak Kamidin, Culang, Bapak Arbaya, Sakudin dan Nidiani.


Pernah di posting di 
https://www.facebook.com//kalakayjasinga




Tidak ada komentar:

Posting Komentar