Uga Jasinga

"Dina hiji mangsa bakal ngadeg gedong hejo anu bahanna aya di leuwi curug, leuwi sangiang jeung nu sawarehna aya di girang. Ciri ngadegna gedong hejo lamun tilu iwung geus nangtung nu engke katelahna awi tangtu. Didinya bakal ngadeg gedong hejo di tonggoheun leuwi sangiang" * TiKokolot Jasinga*.

BATU ARCA RIWAYAT MU KINI

ASA GEUS LILA JASA TEU APRAK-APRAKAN DEUI .. 

Pada tahun 2008 masyarakat Jasinga dan sekitarnya digegerkan oleh batu peninggalan zaman purbakala yang berbentuk seperti kura-kura. Batu ini bukan batu biasa, karena ukurannya yang sangat besar seberat 6 ton. 

Mereka masyarakat Jasinga menyebutnya batu kuya (sunda), seiring berita media masa mengabarkan hilangnya batu yang memiliki diameter 3 meter dan tinggi sekitar 4 meter. 

Seingat kami saat itu adalah di bulan Ramadhan ketika masyarakat menjalankan ibadah puasa, sehingga bagi kami bila bulan Ramadhan tiba, kami teringat kembali dengan Batu Kuya tersebut. Seperti saat ini puasa Ramadhan 1440 H. Bedanya, cuaca puasa saat itu sedang musim panas, atau dalam bahasa sundanya "usim halodo" sedangkan sekarang antara sore dan malam selalu diguyur hujan. 



Pada Tahun 2009, Kalakay Jasinga beberapa kali berkunjung ke Kasepuhan Adat Sihuut Cigudeg dan Cipatat Kolot. Sangat menarik sekali bagi kami hingga pada saat itu kami sering memperbincangkannya disetiap sua. 

Sehingga pada puncaknya kami menghadiri sebuah acara adat yaitu Upacara Adat Ziarah Salembur. Ziarah Salembur merupakan prosesi ritual adat yang diadakan setiap tahun setelah hari raya Idul Fitri. Kami teringat dengan ucapan Abah Sahim. 

"Hiji deui Batu Kuya aya di Sajira duka mun di Sajira bakal leungit deui, bakal kumaha?" 

Pada Tahun 2011, expedisi Kalakay Jasinga ke batu Arca Cigudeg. Batu ini berada di Kampung Dukuh Cigudeg. Dengan melewati jalur Lawang Taji ke arah Lembur Prayoga kami dengan penuh semangat disajikan dengan pemandangan luar biasa indahnya sebuah pedesaan dan perbukitan. 

Disini kami bisa melihat Gunung Pangradin dari jauh dari arah utara pangradin. Jalan menanjak lembur Prayoga lalu melewati ladang-ladang warga. Setelah itu kami memasuki sebuah kampung. Ketika kami memasuki kampung tersebut, kami tidak menemukan satu orang pun, bahkan rumah-rumah layaknya sebuah kampung. 

Lalu kami pun bertanya-tanya dalam hati, dimanakan kampung itu? Kebetulan ada seorang warga yang lewat kami pun menanyakan kepadanya. Ternyata kampung tersebut adalah sebuah kampung yang sudah tidak berpenghuni, semua warga pindah ke lokasi sebrang, katanya. 

Kami pun meneruskan perjalanan, ke arah kampung tersebut. Hanya beberapa pondasi tua dan beberapa bekas berpenghuni sisa-sisa dari peradaban kecil dimana pasti ada cerita-cerita waktu itu. Entah itu cerita masa kecil, cerita masa duka ataupun cerita masa suka warga tersebut. 



Tak jauh setelah melewati sepetak ladang singkong, kami menemukan rumah reot dan tua. kami pun penasaran mendekati rumah siapakah gerangan?

Setelah mengucapkan salam kepada rumah tersebut, keluarlah seorang kakek tua. Beliau sangat ramah sekali, seolah-olah seorang kekek yang ketemu cucu kesayangannya. 

Dengan sebuah tongkat Aki Niman berjalan keluar dan duduk di kursi besi tua di depan rumah. Kami pun berbincang-bincang dengan beliau dan menanyakan lokasi batu arca yang berada di lokasi ini. Saat itu kami sebenarnya sudah putus asa mencari lokasi batu arca karena waktu sudah akan gelap. 


Setelah Aki Niman menjelaskan kepada kami lokasi batu arca yang sedang kami cari, kami pun sesegera mungkin ke lokasi tujuan. Batu Arca ini adalah sebuah batu kali yang memiliki panjang sekitar dua meter berbentuk seperti wanita yang berdiri dan tangan berdekap. Posisi terbaring miring. 

Menurut Aki Niman, batu arca ini dulu posisinya berdiri, dikarenakan patah, kini posisi batu tersebut terbaring miring. 

Cerita tentang batu ini pun diutarakan oleh Aki Niman, terutama tentang orang-orang yang melakukan kunjungan ke batu arca ini. 

Tiba dilokasi, kami memandang sekitar lokasi. Lembah ini dialiri oleh sebuah sungai kecil yang jernih. Batu itu berada di tengah sungai dan terbaring miring, berada dibalik sebuah batu besar. 

Jika dilihat sepintas, batu ini tidak akan terlihat. Kami harus menaiki batu besar itu terlebih dahulu. Kami membayangkan peradaban masa lalu disini mungkin, mungkin seperti sebuah taman dan tempat peribadatan. 

Dan saat ini, di bulan puasa Ramadhan 1440 H ini, kami teringat dengan perkataan Aki Niman mungkin Batu Arca itu sekarang sudah hilang. 

Wallahualam ...


KALAKAY JASINGA